BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang disampaikan malaikat Jibril
kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya mula-mula di Mekkah kemudian di Madinah
kurang lebih selama 23 tahun. Sebagai agama wahyu, seperti telah disebutkan berulang-ulang,
komponen agama Islam adalah akidah, syari’ah dan akhlaq yang bersumber dari
Al-Qur’an dan Al-Hadist. Selain komponen utama agama islam, di dalam Al-Qur’an
perkataan ilmu ( pengetahuan tentang sesuatu ) dalam berbagai bentuk disebut
sebanyak 854 kali. Karena banyak dan seringnya perkataan itu disebut dalam
berbagai hubungan atau konteks, dapatlah disimpulkan bahwa kedudukan ilmu
sangat penting dalam agama Islam. Perkataan ilmu dilihat dari sudut kebahasaan
bermakna penjelasan. Menurut Al-Qur’an, ilmu adalah suatu keistimewaan pada
manusia yang menyebabkan manusia unggul terhadap makhluk-makhluk lain. Ini
tercermin, seperti dalam kisah nabi Adam sewaktu ditanya oleh Allah tentang
nama-nama benda. Adam dapat menjawab semua nama benda yang Allah tanyakan
kepadanya. Dalam surat Al-Baqarah (2):38. Allah berfirman sambil memerintahkan:
“Hai Adam, beritahukan kepada mereka ( Iblis ) nama-nama benda”. Berdasarkan
keterangan Al-Qur’an itu, manusia telah mempunyai potensi berilmu dan
mengembangkan ilmunya dengan izin Allah (Quraish Shihab, 1996 : 445).
Pandangan Al-Quran tentang ilmu dan teknologi juga dapat diketahui prinsip -
prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW.
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah mencipta. Menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah dan Tuhan engkau adalah Maha Mulia. Dia yang
mengajarkan dengan qalam. Mengajari
manusia apa-apa yang tidak tahu. (QS Al-’Alaq [96]: 1-5).
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
KLASIFIKASI DAN KARAKTERISTIK ILMU DALAM ISLAM
Akal
menghasilkan ilmu, dan ilmu berkembang dalam masa keemasan sejarah Islam. Agar
dapat dipelajari dengan baik dan benar. Sebagian klasifikasi ilmu itu asli dan
berpengaruh, tetapi sebagian lagi hanyalah pengulangan klasifikasi sebelumnya
yang kemudian dilupakan orang. Pada massa Al-Farabi, Al-Gazali, Qutubuddin
telah berhasil mengklasifikasikan ilmu Islam menjadi beberapa bagian. Ketiga
tokoh tersebut adalah orang- orang pendiri terkemuka aliran intelektual dan
mereka tumbuh dan berkembang dalam periode-periode penting sejarah Islam.
Adapun mereka telah mengklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yakni :
1. Menurut
Al-Farabi, perincian klasifikasinya yakni sebagai berikut :
a. Ilmu Bahasa
b. Ilmu Logika
c. Ilmu Matematis
d. Metafisika
e. Ilmu Politik, Ilmu Fiqih dan Ilmu Kalam
b. Ilmu Logika
c. Ilmu Matematis
d. Metafisika
e. Ilmu Politik, Ilmu Fiqih dan Ilmu Kalam
Karakteristik klasifikasi Ilmu
Al-Farabi adalah sebagai berikut:
1) Para pengkaji dapat memilih subjek-subjek yang
benar-benar membawa manfaat bagi dirinya.
2) Memungkinkan seseorang belajar tentang
hierarki
3)
Memberikan sarana yang bermanfaat dalam
menentukan sejauh mana spesialisasi dapat ditentukan secara benar.
4)
Memberikan informasi kepada para pengkaji tentang apa yang seharusnya
dipelajari sebelum seseorang dapat mengklaim diri ahli dalam suatu ilmu
tertentu.
2. Menurut
Al-Gazali, perincian klasifikasinya yakni sebagai berikut :
a. Ilmu
teoritis dan ilmu praktis
Ilmu
teoritis adalah ilmu yang menjadikan keadaan-keadaan yang
wujud diketahui sebagaimana adanya.
Ilmu
praktis berkenaan dengan tindakan-tindakan manusia untuk
memperoleh kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
b. Ilmu
yang dihadirkan dan ilmu yang dicapai
Ilmu yang dihadirkan adalah bersifat langsung, serta merta, suprarasional ( diatas atau diluar jangkauan akal ), intuitif ( berdasar bisikan hati ), dan kontemplatif ( bersifat renungan ). Dia biasa menyebut dengan ilmu ladunni
Ilmu yang dicapai adalah ilmu yang dicapai oleh akal pikiran manusia (ilmu insani)
Ilmu yang dihadirkan adalah bersifat langsung, serta merta, suprarasional ( diatas atau diluar jangkauan akal ), intuitif ( berdasar bisikan hati ), dan kontemplatif ( bersifat renungan ). Dia biasa menyebut dengan ilmu ladunni
Ilmu yang dicapai adalah ilmu yang dicapai oleh akal pikiran manusia (ilmu insani)
c. Ilmu keagamaan dan ilmu intelektual
Ilmu keagamaan adalah ilmu-ilmu yang diperoleh dari para nabi, tidak hadir dari akal pikiran manusia biasa.
Ilmu intelektual adalah berbagai ilmu yang dicapai atau diperolek melalui kemampuan intelek ( daya atau kecerdasan berpikir ).
Ilmu keagamaan adalah ilmu-ilmu yang diperoleh dari para nabi, tidak hadir dari akal pikiran manusia biasa.
Ilmu intelektual adalah berbagai ilmu yang dicapai atau diperolek melalui kemampuan intelek ( daya atau kecerdasan berpikir ).
d. Ilmu
fardu ‘ain dan ilmu fardu kifayah
Ilmu fardu ‘ain merujuk pada kewajiban agama yang mengikat setiap muslim dan muslimah.
Ilmu fardu kifayah lebih kepada hal-hal yang merupakan perintah ilahi yang bersifat mengikat komunitas ( kelompok orang ) muslim dan muslimat menjadi satu kesatuan.
Ilmu fardu ‘ain merujuk pada kewajiban agama yang mengikat setiap muslim dan muslimah.
Ilmu fardu kifayah lebih kepada hal-hal yang merupakan perintah ilahi yang bersifat mengikat komunitas ( kelompok orang ) muslim dan muslimat menjadi satu kesatuan.
3. Menurut
Qutubuddin Al-Syirazi, perincian klasifikasinya yakni sebagai berikut :
a.
Ilmu – ilmu filosofis ( kefilsafatan )
b.
Ilmu-ilmu nonfilosofi adalah ilmu-ilmu religius atau termasuk dalam ajaran
wahyu.
Klasifikasi
dari ke-3 tokoh tersebut terhadap ilmu pengetahuan, berpengaruh sampai kini. Di
tanah air kita sering mendengar klasifikasi ilmu dengan : ilmu agama dan ilmu
umum.
Menurut
Al-Qur’an ilmu dibagi menjadi 2, yaitu :
a.
Ilmu ladunni, yakni ilmu yang diperoleh tanpa upaya manusia.
b. Ilmu insani, yakni ilmu yang diperoleh karena usaha manusia.
b. Ilmu insani, yakni ilmu yang diperoleh karena usaha manusia.
Pembagian
ilmu kedalam 2 golongan ini dilakukan karena menurut Al-Qur’an ada hal-hal yang
ada tetapi tidak diketahui manusia, ada pula yang wujud yang tidak
tampak.
Ditegaskan dalam Al-Quran antara lain dalam firmanNya pada surat Al-Haqqah ayat
38-39 yang artinya:
“ Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat dan dengan yang tidak kamu lihat.”
“ Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat dan dengan yang tidak kamu lihat.”
Dari
kalimat terakhir jelas bahwa obyek Ilmu ada 2 yakni : materi dan nonmateri,
fenomena dan nonfenomena, bahkan ada yang wujud yang jangankan dilihat
diketahui manusia saja tidak. Dari
kutipan-kutipan ayat-ayat diatas jelas bahwa pengetahuan manusia hanyalah sedikit,
dan telah diregaskan oleh Allah dalam firmanNya:“ kamu tidak diberi ilmu (
pengetahuan ) kecuali sedikit.”( Q.S 17 : 85 ). Walaupun sedikit namun manusia
harus memanfaatkannya untuk kemaslahatan manusia.
Al-Qur’an
memerintahkan manusia untuk terus berupaya meningkatkan kemampuan ilmiahnya.
Disamping itu perlu dikemukakan bahwa manusia memiliki naluri haus pengetahuan,
sebagaimana telah dikemukan Rasulullah dalam sebuah hadistnya :
“ Ada 2 keinginan yang tidak pernah terpuaskan yaitu keinginan menuntut ilmu dan keinginan mencari harta”
“ Ada 2 keinginan yang tidak pernah terpuaskan yaitu keinginan menuntut ilmu dan keinginan mencari harta”
Yang
perlu diusahakan adalah mengarahkan perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi untuk kemaslahatan hidup, bukan untuk merusak dan membahayakan umat
manusia. Pengarahnya adalah agama dan moral yang selaras dengan ajaran agama. Disinilah
letak hubungan antara agama Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadist
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi ( iptek ) yang bersumber dari akal dan
penalaran manusia.
B. KLASIFIKASI DAN KARAKTERISTIK ILMU KEPERAWATAN
DALAM ISLAM
Profesi
perawat merupakan pekerjaan yang mulia. Menurut handerson, tugas unik perawat
ialah membantu individu baik dalam keadaan sehat maupun sakit melalui berbagai
upayanya melaksanakan berbagai aktivitas guna mendukung kesehatan dan
penyembuhan individu atau proses meninggal dengan damai. Keperawatan juga
merupakan manifestasi dari ibadah yang berbentuk pelayanan profesional dan
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada keimanan,
keilmuan, dan amal serta kiat keperawatanm berbentuk pelayanan
bio-psiko-sosial-kultural-spiritual yang komprehensif. Di dalam islam
keperawatan tidak dapat dipisahkan dari ajaran islam secara keseluruhan.
Seiring
perkembangan kekhalifahan Islam, klasifikasi perkembangan dunia keperawatan
dalam dunia Islam terbagi dalam:
1.
Masa penyebaran Islam (The Islamic Period) 570 – 632 M
Pada masa ini
keperawatan sejalan dengan perang kaum Muslimin/jihad (holy wars), pada masa
ini Rufaidah binti Sa’ad memberikan kontribusinya kepada dunia keperawatan.
2.
Masa setelah Nabi (Post Prophetic Era) 632 – 1000 M.
Masa ini setelah
nabi wafat. Pada masa ini lebih didominasi oleh kedokteran dan mulai muncul
tokoh-tokoh Islam dalam dunia kedokteran seperti Ibnu Sina (Avicenna), dan Abu
Bakar Ibnu Zakariya Ar-Razi (Ar-Razi).
3.
Masa pertengahan 1000 – 1500 M
Pada
masa ini negara-negara di Jazirah Arab membangun rumah sakit dengan baik dan
memperkenalkan metode perawatan orang sakit. Di masa ini mulai ada pemisahan
antara kamar perawatan laki-laki dan perempuan dan sampai sekarang banyak
diikuti semua rumah sakit di seluruh dunia.
4.
Masa Modern ( 1500 – sekarang )
Pada masa inilah
perawat-perawat asing dari dunia barat mulai berkembang. Saat itu, seorang
perawat/bidan Muslimah pada tahun 1960 yang bernama Lutfiyyah Al-Khateeb
mendapatkan Diploma Keperawatan di Kairo.
C. KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU
Al-Gazali
menyebut dalam klasifikasinya, ilmu fardu ‘ain dan ilmu fardu kifayah. Istilah
fardu ‘ain merujuk pada kewajiban agama yang mengikat setiap muslim dan
muslimah. Ilmu fardu kifayah merujuk pada hal-hal yang merupakan perintah Ilahi
yang mengikat komunitas muslim dan muslimat sebagai satu kesatuan, tidak
mengikat setiap anggota komunitas.
Kalau klasifikasi Al-Gazali tersebut diatas dihubungkan dengan ilmu, maka menuntut ilmu merupakan kewajiban semua umat manusia tidak memandang umur, jenis kelamin ataupun derajatnya. Sesuai dengan keadaan, bakat, dan kemampuan. Bahwa mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap manusia dasarnya baik dalam Al-Qur’an maupun di dalam al-Hadist.
Salah satu sifat Allah yang disebut dalam Al-Qur’an adalah ‘Alim yang berarti yang memiliki pengetahuan. Oleh karena itu pula memiliki pengetahuan merupakan sifat Ilahi dan mencari pengetahuan merupakan kewajiban bagi setiap orang beriman. Dan apabila orang yang beriman diwajibkan mewujudkan sifat-sifat Allah dalam diri mereka sendiri seperti dikatakan dalam sebuah hadist maka setiap orang berkewajiban untuk beriman kepada Allah yang menjadi sumber segala sesuatu, meneladani sifat-sifat-Nya dan pengetahuan, sehingga wawasan tentang Allah akan mendarah daging bagi umat manusia. Namun tidak semua sifat Allah dapat kita teladani karena keterbatasan kita menjadi umat yang telah diciptakanNya.
Kalau klasifikasi Al-Gazali tersebut diatas dihubungkan dengan ilmu, maka menuntut ilmu merupakan kewajiban semua umat manusia tidak memandang umur, jenis kelamin ataupun derajatnya. Sesuai dengan keadaan, bakat, dan kemampuan. Bahwa mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap manusia dasarnya baik dalam Al-Qur’an maupun di dalam al-Hadist.
Salah satu sifat Allah yang disebut dalam Al-Qur’an adalah ‘Alim yang berarti yang memiliki pengetahuan. Oleh karena itu pula memiliki pengetahuan merupakan sifat Ilahi dan mencari pengetahuan merupakan kewajiban bagi setiap orang beriman. Dan apabila orang yang beriman diwajibkan mewujudkan sifat-sifat Allah dalam diri mereka sendiri seperti dikatakan dalam sebuah hadist maka setiap orang berkewajiban untuk beriman kepada Allah yang menjadi sumber segala sesuatu, meneladani sifat-sifat-Nya dan pengetahuan, sehingga wawasan tentang Allah akan mendarah daging bagi umat manusia. Namun tidak semua sifat Allah dapat kita teladani karena keterbatasan kita menjadi umat yang telah diciptakanNya.
Pentingnya
kita mempelajari dan memahami ilmu, yaitu :
a.
Perbedaan yang jelas antara orang yang berilmu dengan orang yan g tidak
berilmu.
b.
Hanya orang –orang yang berakal yang dapat menerima pelajaran ( Q.S 39 : 9 )
c.
Hanya orang yang berilmu yang mempu memahami hakikat sesuatu yang disampaikan Allah melalui perumpamaan-perumpamaan (
Q.S 29 : 43 )
d.
Allah memerintahkan agar manusia berdo’a agar ilmunya bertambah.
e.
Orang yang mencari ilmu berjalan dijalan Allah, telah melakukan ibadah.
Pentingnya ilmu menurut agama Islam, dorongan serta
kewajiban mencari dan menuntut ilmu seperti disebutkan diatas, telah menjadikan
dunia Islam pada suatu masa di zaman lampau menjadi pusat pengembangan ilmu dan
kebudayaan. Di masa yang akan datang kejayaan yang telah ada itu, Insyaallah
akan datang kembali kalau pemeluk agama Islam menyadari makna firman allah “kalian adalah umat terbaik yang yang
dilahirkan untuk manusia, mempelajari dan mengamalkan agama Islam secara menyeluruh”.
Manfaat mempelajari ilmu bagi
kehidupan kita, yaitu :
a. Akan
mendapatkan pahala secara terus menerus bagi yang mengajarkannya.
b. Ilmu
memberikan kepada yang memiliki pengetahuan untuk membedakan apa yang terlarang
dan yang tidak, menerangi jalan kesurga, kawan diwaktu sepi dan teman ketika
kita kehilangan sahabat.
c. Ilmu
memimpin kita kepada kebahagiaan, menghibur kita dalam duka, perhiasan dalam
pergaulan, perisai terhadap musuh.
D.
ILMU ADALAH PEMIMPIN AMAL
1.
Mu’adz bin Jabal –radhiyallahu ‘anhu- mengatakan,
;العِلْمُ
إِمَامُ العَمَلِ وَالعَمَلُ تَابِعُهُ
“Ilmu
adalah pemimpin amal dan amalan itu berada di belakang setelah adanya ilmu.”
2.
Allah ta’ala berfirman
فَاعْلَمْ
أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ
“Maka ilmuilah (ketahuilah)! Bahwasanya tiada sesembahan yang berhak
disembah selainAllah dan mohonlah ampunan bagi dosamu.” (QS. Muhammad [47]: 19)
3. Al
Muhallab rahimahullah mengatakan,
“Amalan
yang bermanfaat adalah amalan yang terlebih dahulu didahului dengan ilmu.
Amalan yang di dalamnya tidak terdapat niat, ingin mengharap-harap ganjaran,
dan merasa telah berbuat ikhlas, maka ini bukanlah amalan. Sesungguhnya yang
dilakukan hanyalah seperti amalannya orang gila yang pena diangkat dari
dirinya.”
4. Allah
Ta’ala berfirman,
يَرْفَعِ
اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS Al Mujadalah:
11)
5.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ
الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلاَ دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا
الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka
hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya, maka dia telah
memperoleh keberuntungan yang banyak.”
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setiap
muslim wajib menuntut ilmu. Rasulullah saw bersabda: “Menuntut ilmu adalah
kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan”. Allah memberikan
keutamaan dan kemuliaan bagi orang-orang yang berilmu dalam firman-Nya dalam
Al-Qur`an surat Al-Mujaadilah ayat 11 : “Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat”. Orang-orang yang berilmu akan pula dimudahkan jalannya ke syurga oleh
Allah dan senantiasa didoakan oleh para malaikat.
Sabda Rasullullah SAW :“Seorang alim
(berilmu)dengan ilmunya dan amal perbuatannya akan berada di dalam syurga, maka
apabila seseorang yang berilmu tidak mengamalkan ilmunya maka ilmu dan amalnya akan
berada di dalam syurga, sedangkan dirinya akan berada dalam neraka” (HR.
Daiylami)
Keutamaan
manusia dari makhluk Allah lainnya terletak pada ilmunya. Allah bahkan menyuruh
para malaikat agar sujud kepada Nabi Adam as karena kelebihan ilmu yang dimilikinya.
Cara kita bersyukur atas keutamaan yang Allah berikan kepada kita adalah dengan
menggunakan segala potensi yang ada pada diri kita untuk Allah atau di jalan
Allah.
DAFTAR
PUSTAKA
Salim, Muhammad Ibrahim.2002. Perempuan-Perempuan Mulia Di Sekitar Rasulullah Saw.Jakarta: Gema insane
Terimakasih artikelnya dan izin copy ya,, hehe
BalasHapusmakasih izin share ya
BalasHapusAfwan,Izin copy materinya/artikelnya��,Terimah kasih
BalasHapus