Minggu, 25 Mei 2014

Mikrobiologi H5N1



BAB II
ISI

A.      Pengertian Virus H5N1
Virus jenis H5N1 dikenal sebagai virus flu burung yang paling membahayakan yang telah menginfeksi baik manusia ataupun hewan. Virus yang juga dikenal dengan A(H5N1) ini merupakan virus epizootic (penyebab epidemik di mahluk non manusia) dan juga panzootic (yang dapat menginfeksi binatang dari berbagai spesies dari area yang sangat luas.
Virus HPAI A (H5N1) pertama kali diketahui membunuh sekawanan ayam di Skotlandia pada tahun 1959, namun virus yang muncul pada saat itu sangat berbeda dengan virus H5N1 pada saat ini. Jenis dominan dari virus H5N1 yang muncul pada tahun 2004 berevolusi dari virus yang muncul pada tahun 2002 yang menciptakan gen tipe Z.
Virus H5N1 dibagi menjadi 2 jenis turunan, turunan yang pertama adalah virus yang menginfeksi manusia dan burung, sedangkan yang turunan jenis 2 dikenali dari burung, Virus jenis turunan ke 2 ini adalah virus yang menjadi penyebab infeksi ke manusia yang terjadi dalam kurun waktu 2005-2006 di berbagai Negara.
H5N1 sebenarnya adalah jenis virus yang menyerang reseptor galactose yang ada pada hidung hingga ke paru-paru pada unggas yang tidak ditemukan pada manusia, dan serangan hanya terjadi disekitar alveoli yaitu daerah daerah di paru-paru dimana oksigen disebarkan melalui darah.


B.       Morfologi Virus H5NI
Virus Influenza pertama kali dideskripsikan oleh Hipocrates. Virus ini dikenal sebagai salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas utama di seluruh dunia. Selain itu virus ini dikenal dapat menginfeksi beberapa jenis hewan. Dan yang paling menakutkan, virus ini pernah menyebabkan pandemi di tahun 1918 yang diperkirakan menelan 50 juta korban jiwa di seluruh dunia.
Virus Influenza tergabung ke dalam famili Orthomyxoviridae. Ciri khas famili ini adalah memiliki genom RNA untai tunggal negatif bersegmen. Famili ini terdiri dari 5 genus, yaitu virus Influenza A, virus Influenza B, virus Influenza C, Thogotovirus, dan Isavirus. Kita tidak akan membahas Thogotovirus dan Isavirus, karena sejauh ini diketahui tidak menginfeksi manusia. Dari ketiga genus virus Influenza, hanya virus Influenza A dan B yang mempunyai arti klinis penting pada manusia. Dan dari kedua genus tersebut, kita hanya akan membahas virus Influenza A.
Untuk memberi nama strain virus Influenza, digunakan aturan sebagai berikut. Yang pertama disebutkan genus (tipe)-nya dulu, lalu nama spesies asal virus tersebut diisolasi (kecuali jika berasal dari manusia), diikuti dengan lokasi tempat virus diisolasi, nomor isolat, tahun dilakukan isolasi virus, dan khusus untuk virus Influenza A, disebutkan subtipe hemaglutinin dan neuraminidase-nya. Sebagai contoh, di Indonesia, pada tahun 2008, dari spesies ayam, berhasil diisolat virus Influenza A H5N1, dengan nomor isolat 15. Maka virus tersebut akan diberi nama “virus Influenza A/chicken/Indonesia/15/08(H5N1).
Saat ini dikenal ada 16 subtipe hemaglutinin dan 9 neuraminidase (Jadi, dari kombinasi tersebut, ada 144 jenis virus Influenza grup A!). Keseluruh subtipe hemaglutinin dan neuraminidase tersebut ternyata dapat ditemukan pada spesies avian (unggas). Oleh karena itu, para peneliti berhipotesis, bahwa semua jenis virus Influenza grup A sebenarnya berasal dari virus Influenza unggas (virus flu burung). Dari analisis genomik ditemukan bahwa angka evolusionari virus flu burung sangat rendah. Selain itu, pada burung akuatik, virus Influenza ditemukan dalam fase evolusi stasis. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa pada burung akuatik terjadi keseimbangan antara virus dengan inangnya. Dalam hal ini, substitusi asam amino tidak menimbulkan keuntungan yang spesifik, sehingga, meskipun terjadi mutasi (virus Influenza sangat mudah mengalami mutasi) tidak terjadi perubahan asam amino. Sebaliknya, pada hewan lain termasuk manusia, mutasi yang terjadi selalu disertai dengan perubahan asam amino, sehingga akan terjadi pengumpulan substitusi asam amino pada virus turunannya.
Virus Influenza telah beberapa kali menyebabkan pandemi. Pandemi yang pertama pada tahun 1918-1919 yang disebabkan oleh H1N1. Pandemi tersebut terjadi dalam 3 gelombang. Gelombang pertama terjadi pada musim semi 1918, berupa wabah penyakit pernafasan ringan. Tidak ada laporan keterlibatan peternakan unggas waktu itu. Wabah yang terjadi sangat menular, namun hanya menimbulkan sedikit korban jiwa. Di Spanyol, karena media begitu gencar meliput wabah ini, maka segera wabah ini disebut sebagai wabah influenza Spanyol. Di akhir Agustus 1918, timbul wabah kedua yang kemudian menyebar ke seluruh dunia diikuti gelombang ketiga pada musim semi 1919. Gelombang kedua dan ketiga ini menelan korban jiwa begitu banyak, dan tidak diketahui jumlah pastinya. Diperkirakan pandemi tersebut menelan sekitar 50 juta korban jiwa.
Pandemik kedua terjadi tahun 1957, yang dikenal dengan nama wabah Influenza Asian (H2N2). Pandemik ini berasal dari Cina, yang kemudian menyebar ke Singapora dan Hongkong. Virusnya sendiri pertama kali diisolasi di Jepang. Berdasarkan analisa genetik dan biokimia, diperkirakan virus H2N2 berasal dari hasil penyusunan kembali genom virus Influenza manusia dan virus Influenza burung (unggas). Wabah ini menyebabkan 1 juta manusia kehilangan nyawanya.
Sebelas tahun kemudian, H2N2 digantikan oleh H3N2 yang pertama kali diisolasi di Hongkong. Wabah ini dikenal dengan wabah virus flu Hongkong. Meksipun dapat segera diatasi, namun wabah ini sempat menelan korban puluhan ribu jiwa.
Di tahun 1977 sempat terjadi wabah baru Influenza di Cina dan Rusia. Wabah ini ternyata disebabkan oleh H1N1. Yang unik, wabah ini hanya menyerang mereka yang berusia kurang dari 25 tahun. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa mereka yang berusia lebih tua dapat bertahan dari serangan wabah ini karena telah memiliki kekebalan terhadap virus H1N1. Hal ini juga menimbulkan dugaan bahwa meskipun virus Influenza mudah mengalami mutasi, namun beberapa subtipe penting seperti H1N1 dan H3N2 masih beredar sampai sekarang. Fakta bahwa mereka yang berusia lebih dari 25 tahun relatif tahan terhadap wabah H1N1 pada tahun 1977 menjadi dasar untuk mengembangkan vaksin virus Influenza yang dilemahkan untuk merangsang kekebalan jangka panjang.
Belajar dari pandemi-pandemi sebelumnya, perhatian mulai ditujukan terhadap H5N1 meskipun virus ini belum sampai menyebabkan pandemi. Wabah pertama kali terjadi Mei 1997 di Hongkong, pada anak berusia 3 tahun, dan virus H5N1 yang berhasil diisolasi dari pasien tersebut menunjukkan bahwa semua komponen virus tersebut identik dengan virus Influenza burung (unggas). Penemuan ini adalah penemuan pertama yang menunjukkan bahwa transmisi virus flu burung ke manusia menyebabkan hasil yang fatal. Pada November dan Desember 1997 ditemukan 17 kasus baru dengan 5 orang berakhir dengan kematian. Tidak ada bukti penyebaran dari manusia ke manusia. Kebetulan semua kasus mempunyai riwayat kontak dengan unggas (mereka tinggal di dekat pasar unggas di Hongkong). Oleh karena itu, otoritas setempat memerintahkan untuk membasmi seluruh unggas hidup. Langkah ini meskipun mahal secara ekonomi ternyata berhasil menghentikan wabah yang terjadi. Tidak ada kasus baru yang ditemukan atau dilaporkan setelah pemusnahan unggas tersebut. Meskipun begitu, pada Februari 2003, dua warga Hongkong dilaporkan terinfeksi H5N1 setelah bepergian ke Cina.
Wabah baru H5N1 muncul kembali Juli 2003 di beberapa peternakan unggas di Vietnam, Indonesia, dan Thailand, yang kemudian segera menyebar ke hampir seluruh dunia. Selain itu, dilaporkan pula kecurigaan terjadi transmisi langsung dari unggas ke manusia. Beberapa kasus infeksi flu burung pada manusia dilaporkan terjadi di beberapa negara, dan banyak kasus yang diakhiri dengan kematian. Meskipun belum didapatkan bukti terjadinya penyebaran virus flu burung manusia, namun diduga telah terjadi transmisi dari manusia ke manusia secara terbatas. Berdasarkan pada perubahan epidemiologinya, H5N1 kemudian dibagi menjadi dua clade, clade 1 (virus avian Influenza yang diisolasi di Indocina) dan clade 2 (Cina, Indonesia, Jepang, dan Korea Selatan). Semua virus yang diisolasi di Rusia, Eropa, Timur Tengah, dan Afrika ternyata lebih condong masuk ke clade 2.
Selama wabah H5N1 di Hongkong pada tahun 1997, tidak ditemukan adanya indikasi terjadi infeksi virus sistemik pada individu yang terinfeksi. Namun, infeksi H5N1 pada beberapa tahun terakhir menunjukkan adanya kemungkinan terjadi infeksi virus sistemik. Selain itu, dilaporkan ada virus H5N1 yang resisten terhadap inhibitor NA (oseltamivir dan zanamivir). Virus ini mengalami subsitusi pada asam amino ke-274 di protein NA-nya. Pasien yang terinfeksi virus ini akan melepaskan virus yang tetap resisten terhadap oseltamivir dan biasanya meninggal. Satu hal yang menarik, pada sebagian kasus di Indonesia, tidak ditemukan adanya riwayat kontak dengan unggas.



C.      Patogenesis
Mutasi genetic virus avian influenza seringkali terjadi sesuai denga kondisi dan lingkungan replikasinya. Mutasi gen ini tidak saja untuk mempertahankan diri tapi juga dapat meningkatkan sifat patogenesisnya.(radji,m 2011). Infeksi virus h5n1 terjadi saat virus memasuki sel hospes stelah terjadi penampilan spikes virion dengan reseptor spesifik yang ada dipermukaan sel hospesnya. Kemudian virion akn masuk ke sitoplsma sel dan akan mengintegrasikan materi ngenetiknya didalam inti sel hospesnya,dan dengan menggunakan mesin genetic dari sel hospesnya. Virus juga dapat bereplikasi dengan viron-virion baru dan virion tersebut menginfeksi kembali ke sel-sel disekitarnya. Fase penempelan merupakan fase yang paling menentukan virus bias nasuk atu tidak ke dalam sel hospesnya untuk melanjutkan replikasi.virus h5n1 melalui spikes HA akan berikatan dengan reseptor yang mengandung sialidacid(SA) yang ada pada permukaan sel hospesnya.

D.      Tanda dan Gejala Flu Burung

1.    Tanda dan Gejala Pada Manusia
Virus Flu Burung yang pada awalnya diketahui hanya bisa menular antar sesama unggas, menciptakan mutasi baru yang dapat juga menyerang manusia. Mutasi virus ini dapat menginfeksi manusia yang berkontak langsung dengan sekresi unggas yang terinfeksi. Manusia yang memiliki resiko tinggi tertular adalah anak-anak, karena memiliki daya tahan tubuh yang lebih lemah, pekerja peternakan unggas, penjual dan penjamah unggas, serta pemilik unggas peliharaan rumahan.
Masa inkubasi virus adalah 1-7 hari dimana setelah itu muncul gejala-gejala seseorang terkena flu burung adalah dengan menunjukkan ciri-ciri berikut :
1.    Menderita ISPA
2.    Timbulnya demam tinggi (> 38 derajat Celcius)
3.    Sakit tenggorokan yang tiba-tiba
4.    Batuk, mengeluarkan ingus, nyeri otot
5.    Sakit kepala
6.    Lemas mendadak
7.    Timbulnya radang paru-paru (pneumonia) yang bila tidak mendapatkan penanganan tepat dapat menyebabkan kematian
Mengingat gejala Flu burung mirip dengan flu biasa, maka tidak ada yang bisa membedakan flu burung dan flu biasa. Jika ada penderita yang batuk, pilek dan demam yang tidak kunjung turun, maka disarankan untuk segera mengunjungi dokter atau rumah sakit terdekat.
Penderita yang diduga mengidap virus Flu burung disebut penderita suspect flu burung dimana penderita pernah mengunjungi peternakan yang berada di daerah yang terjangkit flu burung, atau bekerja dalam laboratorium yang sedang meneliti kasus flu burung, atau berkontak dengan unggas dalam waktu beberapa hari terakhir.
Kasus probable adalah kasus dimana pasien suspek mendapatkan hasil tes laboratorium yang terbatas hanya mengarah pada hasil penelitian bahwa virus yang diderita adalah virus jenis A, atau pasien meninggal karena pneumonia gagal.
Sedangkan kasus kompermasi adalah kasus suspek atau probable dimana telah didukung dengan hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan bahwa virus flu yang diderita adalah positif jenis H5N1, PCR influenza H5 positif dan peningkatan antibody H5 membesar 4 kalinya.
Namun, gejala yang dimunculkan oleh virus H5N1 ini berbeda-beda dimana ada kasus seorang anak laki-laki yang terinfeksi virus H5N1 yang mengalami diare parah dan diikuti dengan koma panjang tanpa mengalami gejala-gejala seperti influenza, oleh karena itu pemeriksaan secara medis penting dilakukan terutama bila mendapati timbulnya gejala penyakit yang tidak wajar.
2.    Tanda dan Gejala Pada Unggas
Penularan flu burung yang dibawa oleh unggas liar kepada unggas ternak menjadi momok tersendiri oleh para peternak. Belum juga hilang bayangan ketakutan akan tertularnya diri sendiri dan keluarga oleh keganasan virus flu burung, peternak juga dibayangi kerugian akan matinya unggas-unggas peliharaan mereka. Sebelum flu burung menggemparkan dunia sejak ditemukan pada tahun 1997 di Hong Kong, telah banyak penyakit muncul pada unggas yang di Indonesia sempat dikenal dengan penyakit New Castle dan Tetelo. Namun karena tidak menular kepada manusia, kedua penyakit tersebut tidak menjadi pandemik yang ditakutkan.
Penyakit flu burung ditularkan baik ke sesama unggas ataupun spesies lainnya dan manusia melalui kotoran burung. Satu tetesan sekresi dari burung yang terinfeksi mengandung virus yang dapat membunuh 1 juta burung. Virus ini kemudian menempel pada berbagai media seperti sarana transprotasi ternak, peralatan kandang yang tercemar, pakan dan minuman unggas yang tercemar, pekerja di peternakan dan burung-burung liar.
Untuk mengenali unggas yang terinfeksi flu burung, anda dapat mengenali dari gejala klinis yang ditemukan pada unggas tersebut yaitu :
1.    Jengger dan pial yang bengkak dan berwarna kebiruan
2.    Pendarahan yang rata pada kaki unggas berupa bintik-bintik merah (ptekhi) biasa disebut dengan kaki kerokan
3.    Adanya cairan di mata dan hidung serta timbul gangguan pernafasan
4.    Keluarnya cairan jernih hingga kental dari rongga mulut
5.    Timbulnya diare berlebih
6.    Cangkang telur lembek
7.    Tingkat Kematian yang tinggi mendekati 100% dalam 2 hari hingga 1 minggu



E.    Penularan
Penularan Flu Burung (H5N1) pada unggas terjadi secara cepat dengan kematian tinggi. Penyebaran penyakit ini terjadi diantara populasi unggas satu peternakan, bahkan dapat menyebar dari satu peternakan kepeternakan daerah lain. Sedangkan penularan penyakit ini kepada manusia dapat melalui udara yang tercemar virus tersebut, baik yang berasal dari tinja atau sekreta unggas terserang Flu Burung.Adapun orang yang mempunyai resiko besar untuk terserang Flu Burung ini adalah pekerja peternakanunggas, penjual dan penjamah unggas.Hal lain, belum ada bukti terjadi penularan dari manusia ke manusia.Disamping itu, belum terbukti adanya penularan pada manusia melalui daging unggas yang dikonsumsi.

F.     Cara Pencegahan Virus H5N1
Saat ini wabah flu burung sudah menyebar di beberapa daerah di Indonesia.  Flu burung merupakan salah satu jenis influenza yang disebabkan oleh virus H5N1. Beberapa ciri ciri flu burung pada unggas :
Adalah keluarnya cairan di mata dan hidung serta timbul gangguan pernafasan pada unggas . Selain itu terdapat pendarahan pada kaki unggas dengan bintik-bintik merah atau ptekhi,keluarnya cairan jernih hingga kental dari rongga mulut dan diare. Tingkat kematian unggas yang terkena flu burung  sangat tinggi. Hanya dalam waktu 2 sampai 7 hari unggas unggas tersebut dapat mati secara mendadak. Satu tetesan sekresi dari burung yang terinfeksi virus dapat menyebabkan burung yang lainnya mati. Penyebaran flu burung ini juga dapat melalui kotoran unggas.

Penyakit flu burung ini sangat berbahaya bagi unggas maupun bagi manusia. Pada manusia flu burung  dapat mengganggu saluran pernapasan yang dapat mengakibatkan kematian. Gejala penyakit flu burung pada manusia hamper mirip dengan penyakit flu biasa seperti demam, batuk dan pilek.

Dalam hal ini perlu pencegahan atau tindakan untuk menghindari terjadinya penyebaran virus flu burung. Berikut beberapa cara mencegah flu burung :
1.      Jagalah kebersihan makanan dan kandang unggas atau itik anda. Jika mengetahui unggas yang mati mendadak akibat terinfeksi penyakit flu burung maka segera bakar atau kubur unggas tersebut. Laporkan kejadian itu pada aparat pemerintahan setempat, agar mendapat tindak lanjut dari petugas pencegahan penyakit flu burung dari pemerintah.
2.      Menjaga kesehatan tubuh dengan tidak mengkonsumsi makanan seperti daging ayam dan telur dalam keadaan yang setengah matang. Virus flu burung akan mati apabila dimasak dengan menggunakan suhu 80°C ke atas.
3.      Usahakan memakai masker jika anda sedang terserang flu atau batuk
4.      Biasakan cuci tangan anda dengan sabun sebelum makan
5.      Cara pencegahan penyakit flu burung dapat dilakukan dengan vaksinasi, baik untuk unggas peliharaan dan manusia yang berada di sekitar unggas. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap virus H5N1.







BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis seperti pada unggas yang terkena virus H5N1 atau Penyakit flu burung  yang disebabkan oleh virus influenza tipe A subtipe H5N1.  Pada awalnya virus flu burung  hanya terbatas pada unggas, tetapi penyakit ini bisa menular kepada manusia . virus ini mampu membangkitkan hampir keseluruhan respon bunuh diri dalam sistem imunitas (kekebalan) tubuh manusia. Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika bersinggungan langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Belum ditemukan vaksin yang mampu mencegah penyakit ini. Maka untuk mengantisipasi dapat kita lakukan pencegahan dan pengobatan yang cepat dan sesuai dengan anjuran yang telah di berikan agar wabah yang disebabkan virus H5N1 ini tidak tersebar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar